Produk Fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat

BEKASAM

BEKASAM

by Yala Nurun Hamidah -
Number of replies: 0
Picture of mikrind3thp2020b

Bekasam adalah produk fermentasi ikan yang memanfaatkan bakteri asam laktat sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen serta memperpanjang daya simpan produk. Bekasam adalah produk fermentasi ikan perairan umum atau air tawar yang banyak dikenal di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Bekasam biasanya dikonsumsi sebagai lauk dan disajikan dalam bentuk masakan yang dicampur dengan bahan lainnya misalnya cabai, bawang, dan sebagainya. Model pengolahan bekasam setiap daerah juga berbeda, misalnya di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Masyarakat Sumatera Selatan umumnya menggunakan nasi dan kerak nasi yang dikeringkan menggunakan sinar matahari sebagai sumber karbohidrat, sedangkan di Kalimantan Selatan umumnya menggunakan nasi dan beras sangrai. Hasil pengamatan empiris masyarakat Sumatera selatan menyatakan bahwa bekasam yang menggunakan sumber karbohidrat berupa nasi kering lebih baik dibandingkan dengan menggunakan nasi. Hal ini dikarenakan, bekasam yang menggunakan nasi kering lebih awet dan tahan lama disimpan. Pengolahan bekasam saat ini umumnya masih berlangsung secara spontan. Hal ini menyebabkan kualitas bekasam menjadi kurang baik. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan kultur starter bakteri asam laktat.

Untuk pembuatan bekasam, pertama-tama ikan dibuang kepala, sisik, dan isi perutnya, Ikan dibelah menjadi bentuk kupu-kupu dan dicuci. Ikan yang telah dicuci direndam dalam larutan garam 16% selama 48 jam dan diusahakan agar tidak mengambang dengan menempatkan pemberat Ikan ditiriskan dan ditambah dengan nasi dan ketan sebanyak masing-masing 50% dan 25% dari bobot ikan. Campuran ikan dan nasi/ketan ditempatkan dalam wadah plastik, kemudian ditutup rapat. Campuran ikan dan nasi/ketan tersebut diperam selama satu minggu atau lebih agar terjadi proses fermentasi. Penggaraman dilakukan dengan cara menaburkan garam pada permukaan ikan. Metode ini akan menghasilkan proses penetrasi garam ke dalam daging ikan yang lebih cepat. Garam yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 20% dari bobot ikan. Jika lebih akan dihasilkan bekasam yang sangat asin. Secara tradisional proses fermentasi dilakukan dalam kuali.