Diskusi Tugas: 13. KULTUR JARINGAN

Diskusi Kultur Jaringan

Diskusi Kultur Jaringan

by Rika Riantisya -
Number of replies: 15

Assalamualaikum, Selamat siang Pak Salim dan teman - teman semua. Semoga kita semuanya selalu dalam keadan sehat. Kami kelompok 9 yang beranggotakan :


Dinda Tirta Rahayu (F0117039)

Rika Riantisya (F0117096)

Yayang Afta Pratama (F0117118). 


Akan membahas mengenai "Kultur Jaringan". Silahkan dibaca dan dipahami dulu materinya. Untuk pertanyaan kami buka untuk 5 orang penanya. Terimakasih 🙏

In reply to Rika Riantisya

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Faiz Hilal -

Saya Faiz Fiki Udhianul Hilal –F0117046, izin bertanya

                Di dalam ppt dijelaskan mengenai Permasalahan dalam kultur jaringan yg terdiri dari mikroorganisme, browning pada media dan vitrifikasi. Lalu, dari ketiga hambatan tersebut adakah solusi untuk menghindarinya? Jika ada mohon dijelaskan. Terimakasih


In reply to Faiz Hilal

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Rika Riantisya -
Izin menjawab pertanyaan Hilal Untuk mencegah terjadinya kontaminasi, diantaranya: penggunaan masker dan sarung tangan oleh pekerja; penyemprotan tangan dengan alkohol sebelum pekerjaaan dimulai; mencelupkan dan membakar dissecting kit sebelum digunakan untuk mengiris/mengambil eksplan dalam laminar; membakar (pada api lampu bunsen) bibir botol kultur sebelum dan setelah eksplan ditanam. Penggunaan masker dan sarung tangan juga untuk keselamatan pekerja selain untuk mencegah kontaminasi. Sedangkan upaya pencegahan browning dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : Penggunaan arang aktif (activated charcoal); penggunaan polyvinylpyrrolidone (PVP); penggunaan antioksidan seperti ascorbic acid (asam askorbat) atau citric acid (asam sitrat); kultur dalam gelap;dan sub-kultur 2-3 kali dalam periode yang singkat. Pilihan terhadap cara mengatasi browning sangat tergantung pada spesies tanaman serta macam eksplan yang digunakan. Kemudian untuk mengurangi vitrifi kasi beberapa hal yang dapat adalah penggunaan botol kultur yang memiliki aerasi; penurunan konsentrasi BAP dari 2 mg/L menjadi 0 mg/L pada saat subkultur; penggunaan sitokinin jenis kinetin dibandingkan jenis BAP. Uap air yang berlebihan pada botol kultur dapat menyebabkan vitrifi kasi. Kondisi ini dapat disebabkan misalnya oleh matinya AC (Air conditioning) ruang kultur (misalnya karena daya listrik yang tidak mencukupi) sehingga memicu adanya uap air yang berlebih dalam botol kultur. Dengan demikian ketersediaan daya listrik yang cukup merupakan persyaratan mutlak untuk sebuah laboratorium kultur jaringan.
In reply to Rika Riantisya

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Dian Kurnia -

Saya Dian Kurnia Warastri Wening (F0117038) ingin bertanya,

Apakah penggunaan teknik kultur jaringan pada sistem pertanian dan perkebunan akan efektif baik secara kualitas maupun kuantitas? Lalu apa saja kelemahan dari teknik kultur jaringan dan cara penanganannya?

Terima Kasih.

In reply to Dian Kurnia

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Dinda Tirta Rahayu -

Saya Dinda Tirta Rahayu (F0117039) ijin untuk menjawab.

Menurut kami, kita bisa  memperoleh bibit yang identik dengan induknya, misal induk tersebut memiliki sifat memiliki buah yang manis maka nantinya diperoleh hasil yang memiliki buah yang manis pula.

Maka dari itu untuk melakukan teknik kultur jaringan ini kita harus memilih induk yang mempunyai sifat yang unggul agar hasil dari kultur jaringan ini bisa memiliki sifat yang unggul pula. Bibit yang dihasilkan pun seragam, kualitas dan kesehatan lebih terjamin serta bibit tersebut dalam proses pertumbuhannya lebih cepat dan tidak bergantung pada musim.

Penggunaan teknik kultur jaringan membuat tanaman dapat tahan terhadap hama dan penyakit dan lebih cepat berbuah. Dari kelebihan kultur jaringan diatas dapat dikatakan teknik kultur jaringan efektif pada kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh kualitas buah dari sebuah tanaman pisang lampung dengan teknik kultur jaringan menghasilkan pisang yang sangat baik dan kecil kemungkinan nya penurunan hasil (baik kuantitas atau kualitas).


Untuk kelemahan dari teknik kultur jaringan sendiri yaitu, memerlukan biaya besar karena harus dilakukan di dalam laboratorium yang steril dan menggunakan bahan-bahan kimia dan memerlukan keahlian khusus dalam melakukan teknik kultur jaringan. Kemungkinan besar tidak ada keragaman genetik pada tanaman anakan. Karena semua tanaman anakan merupakan klone dari induk yang persis identik dengan induk. Sehingga tidak dapat menghasilkan varietas baru. 

Terimakasih


In reply to Rika Riantisya

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Listiana Nuri Fajarwati -
Listiana Nuri Fajarwati – F0117067 izin bertanya

Kultur jaringan sering dianggap sebagai suatu metode yang rumit dan mahal. Apakah metode ini mungkin untuk dipraktekkan sendiri dirumah dengan langkah sederhana serta menggunakan bahan-bahan dan alat-alat alternatif? Jika bisa, mohon dijelaskan prosesnya seperti apa. Terimakasih
In reply to Listiana Nuri Fajarwati

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Yayang Afta Pratama -

izin menjawab pertanyaan dari listi

Memang dalam melakukan metode kultur jaringan agak mahal dan rumit dikarenakan peralatan dan media yang diperlukan sangat khusus. Karena untuk mencapai keberhasilan dalam menumbuhkan sel atau jaringan dibutuhkan fasilitas yang memadai seperti Laboratutium dimana suhu dan kelembapan dapat diatur dan peralatan yang menunjang pelaksanaan serta kesterilan dalam melakukan kultur jaringan merupakan hal yang utama, ketika ada mikroorganisme yang masuk dalam proses kultur jaringan maka akan membuat kegagalan. Sehingga untuk dilakukan dirumah sendiri sangat sulit walaupun mahal dan rumit tanaman baru yang dihasilkan dari kultur jaringan kualitasnya mungkin lebih baik dari induknya serta dengan jumlah tanaman dihasilkan dari kultur jaringan juga banyak


In reply to Yayang Afta Pratama

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Listiana Nuri Fajarwati -

Baik, terimakasih jawabannya

Berarti untuk saat ini belum ada bahan-bahan alternatif yang bisa digunakan untuk kultur jaringan ya

In reply to Listiana Nuri Fajarwati

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Yayang Afta Pratama -

mungkin saja ada untuk produksi rumah tangga namun hanya tanaman tertentu serta sterilisasi nya tidak serupa dengan laboraturium dan cenderung memilki potensi gagal yang besar

In reply to Rika Riantisya

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Yofna Daniel Theodorus Mordekai -

Saya Theo F0117119 

Apakah kultur jaringan dapat memungkinkan untuk seseorang menjadi agropreneur dengan lahan yang cukup kecil? 

In reply to Yofna Daniel Theodorus Mordekai

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Rika Riantisya -

Izin menjawab pertanyaan theo,

kultur jaringan juga dapat diperkecil cakupannya ke skala rumah tangga. Tahapannya pun tidak sulit. Pertama, pengambilan eksplan dari beberapa bagian tubuh tanaman yang masih muda. Kedua, inisiasi kultur, yaitu proses pensterilan eksplan agar terbebas dari kontaminan (kotoran). Tahap berikutnya adalah inisiasi, kemudian multiplikasi atau perbanyakan bahan tanaman. Keempat, tahap pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan akar.  Setelah tunas tumbuh besar, maka tahap terakhir adalah aklimatisasi atau proses pemindahan tunas dari dalam botol ke luar.

Rumah dapat dijadikan sebagai laboratorium. Cukup dengan menyediakan ruangan biasa untuk ruang inisiasi, ruang penyimpanan, dan ruang persiapan. Tingkat sterilisasi pada kultur jaringan skala rumahan tentu tidak seketat sebuah laboratorium skala besar.

Dilansir dari website resmi Esha Flora, bagi pemula yang berminat untuk belajar kultur jaringan untuk skala rumah tangga, setidaknya hanya memerlukan modal Rp 890 ribu. Rinciannya seperti untuk membeli paket enkas kecil beserta alat tanamnya, media kultur steril, kultur steril dari jenis tanaman, dan bahan habis pakai lainnya. Sedangkan keuntungan yang bisa diraih dari keberhasilan modal awal itu bisa mencapai dua kali lipat. Satu botol kultur jaringan bisa diperbanyak menjadi 30 botol lebih.  Sehingga hanya memiliki lahan kecil masih memungkinkan untuk mencoba berbisnis kultur jaringan skala rumahan. Terimakasih

In reply to Rika Riantisya

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Arkhania Fiza Astari -

Arkhania Fiza Astari-F0117026 izin bertanya, Apakah dengan kultur jaringan tanaman yang umumnya hidup pada iklim sub tropis bisa tumbuh pada daerah tropis dan sebaliknya? Jika iya, faktor faktor apa saja yang membuat kultur jaringan tersebut bisa bertahan hidup? Terima kasih. 

In reply to Arkhania Fiza Astari

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Dinda Tirta Rahayu -

Saya Dinda Tirta Rahayu, ijin untuk menjawab.

Menurut kami, pada awalnya tanaman memiliki struktur genetik yang sama, lingkunganlah yang akhirnya membedakan antara jenis yang satu dengan yang lainnya. Proses ini berlangsung cukup lama. Tanaman yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan terus bertahan dan berkembang biak, sebaliknya tanaman yang tidak bisa beradaptasi dengan sendirinya akan punah. Proses adaptasi ini berlangsung disertai dengan proses adaptasi gen sehingga gen-gen yang bisa bertahan adalah hanya gen-gen yang sesuai dengan lingkungan tersebut. Bila lingkungan yang satu dengan yang lainnya cukup jauh perbedaannya maka dapat dipastikan komposisi gen tanaman tersebut juga jauh berbeda.

Daerah tropik dan sub tropik merupakan daerah dengan lingkungan yang sangat jauh perbedaannya. Sub tropik memiliki 4 musim sedangkan tropik dengan 2 musim. Bila tanaman sub tropik akan dikembangkan di daerah tropik tidak bisa dengan serta merta langsung tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal yang bisa dilakukan adalah melakukan proses adaptasi terlebih dahulu dengan melakukan isolasi lingkungan yang ketat secara perlahan dari lingkungan sub tropik berangsur-angsur hingga lingkungannya mendekati lingkungan daerah tropik. Bila proses ini dapat dilalui dengan baik maka dapat dikatkan bahwa tanaman sub tropik tersebut dapat ditumbuhkan di daerah tropik.

Namun bila proses ini tidak dapat dilalui dengan baik dalam hal ini tanaman tidak dapat tumbuh maka hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan rekayasa genetik. Gen-gen tanaman daerah tropik dimasukan ke dalah tanaman sub tropik sehingga akhirnya tanaman sub tropik bisa beradaptasi dengan lingkungan daerah tropik.

Terimakasih.

In reply to Arkhania Fiza Astari

Re: Diskusi Kultur Jaringan

by Yayang Afta Pratama -

sedikit menambahkan jawaban dari dinda 

mungkin saja tanaman yang biasanya hidup di daerah teropis dapat tumbuh juga didaerah sub tropis atau sebaliknya. dengan menggunakan metode kultur fusi protoplas dimana tumbuhan bisa ditumbuhkan menjadi tanaman secara utuh yang membawa sifat dari dua tetua dari mana protoplas tersebut berasal. Fusi protoplas ini juga memungkinkan dilakukannya persilangan antar dua tanaman yang secara taksonomi memiliki hubungan kekerabatan yang jauh.