Jelaskan pengaruh konsentrasi starter dan jenis gula terhadap karakteristik Nata yang dihasilkan!
Dwi Sukma Permadi Rini H3118018
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa.
Konsentrasi A. xylinum berpengaruh terhadap ketebalan dan rendemen nata de taro dari talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch), hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat gizi yang terdapat pada talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch) sudah dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bagi bakteri A. xylinum untuk tumbuh dan berkembang.
Pada penelitian ini perbedaan konsentrasi A. xylinum menghasilkan rendemen rata-rata nata de taro berkisar antara 12,74% sampai dengan 30,98% (Tabel 1). Semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai rendemen dan ketebalan yang semakin besar.Kecukupan A. xylinum dapat menghasilkan serat selulosa semakin tebal dan semakin berat, sehingga rendemen semakin besar. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan konsentrasi 25% dan terendah pada perlakuan 10%. Penambahan konsentrasi 25% berbeda signifikan dengan perlakuan 10% namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 15% dan 20%.Sebanding dengan rendemen nata, selama proses fermentasi berlangsung peningkatan ketebalan nata de taro. Ketebalan nata pada hari ke-13 dari perbedaan konsentrasi A.xylinum 10%, 15%, 20% dan 25% dilihat pada Tabel 1. Konsentrasi 25% A. xylinum menghasilkan ketebalan nata 0,95 cm lebih tinggi dan berbeda nyata dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% yang berturut-turut sebesar 0,25 cm, 0,60 cm dan 0,62 cm. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata–rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka).
Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa. Sama halnya dengan rendemen, ketebalan nata juga sebanding dengan perbedaan sumber karbon. Lapisan nata paling tebal pada perlakuan penambahan sukrosa yaitu sebesar 0,90 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil pengukuran ketebalan nata de taro dengan perlakuan penggunaan gula sukrosa adalah 0,90 cm, glukosa 0,51 cm dan fruktosa 0,67 cm (Tabel 2).
Starter yang digunakan yaitu bakteri Acetobacter xylinum, semakin tinggi penambahan konsentrasi Acetobacter xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Sedangkan jenis gula yang digunakan yaitu sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan nata de taro yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa.
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka). Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa.
Pengaruh konsentrasi starter terhadap karakteristik yang dihasilkan ialah, konsetrasi 25% A.xylinum menghasilkan ketebalan nata 0,95 cm, pada konsetrasi 10% A.xylinum menghasilkan ketebalan nata 0,25 cm, pada konsetrasi 15% A.xylinum menghasilkan ketebalan nata 0,60 cm, sedangkan konsetrasi 20% A.xylinum menghasilkan ketebalan nata 0,62 cm. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum.
Pengaruh jenis gula terhadap karakteristik nata de taro ialah menghasilkan lapisan nata yang berbeda. Lapisan nata paling tebal pada perlakuan penambahan sukrosa yaitu 0,90% cm dan berbeda nyata degan perlakuan penggunaan gula sukrosa adalah 0,90 cm, glukosa 0,51, dan fruktosa 0,67 cm. Kadar serat dari glukosa menghasilkan nilai kadar serat yang lebih tinggi sebesar 0,2% (w/w) dibandingkan dengan jenis karbon dari sukrosa dan fruktosa. Penggunaan fruktosa dalam pembuatan nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. Konsentrasi optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. Jika gula ditambahkan terlalu banyak A.xylinum tidak dapat memanfaatkannya secara optimum
Pengaruh konsentrasi starter A. xylinum (10%, 15%, 20% dan 25%) yang digunakan terhadap karakteristik nata yang dihasilkan.
· Semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai rendemen yang semakin besar. Kecukupan A.xylinum dapat menghasilkan serat selulosa semakin tebal dan semakin berat, sehingga rendemen semakin besar.
· Semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan lapisan nata semakin tebal. Ketebalan ini disebabkan oleh selulosa yang juga meningkat oleh aktivitas bakteri A. xylinum yang dapat mengubah gula menjadi substansi yang menyerupai gel pada permukaan cairan fermentasi.
· Konsentrasi A.xylinum memiliki pengaruh terhadap kadar serat nata. Aktivitas bakteri A. xylinum dalam produksi selulosa bergantung pada kemampuan bakteri dalam merombak sukrosa menjadi selulosa. A.xylinum pada konsentrasi 20% merupakan konsentrasi optimum yang memanfaatkan sumber karbon dengan maksimal, sehingga serat kasar yang dihasilkan juga semakin tinggi.
· Dari segi organoleptik
§ Semakin tinggi konsentrasi A.xylinum yang ditambahkan menghasilkan warna nata menjadi lebih menguning.
§ Dari segi aroma tidak ada perbedaan signifikan antar perlakuan.
§ Semakin tinggi konsentrasi A. xylinum maka semakin disukai. Rasa yang dihasilkan nata berasal dari glukosa yang diuraikan oleh bakteri A.xylinum menyebabkan rasa asam pada hasil akhir yang akan hilang setelah dicuci dan dimasak.
§ Semakin tinggi konsentrasi A. xylinum maka teksturnya semakin kenyal. Tekstur kenyal pada pada nata juga berhubungan dengan kadar air dan kerapatan jaringan selulosa atau ketebalan nata.
Pengaruh jenis gula yang digunakan terhadap karakteristik nata yang dihasilkan.
· Kandungan karbon yang banyak dapat membentuk lapisan nata menjadi lebih tebal karena adanya polimerisasi oleh A.xylinum yang membentuk selulosa. Selulosa yang dibentuk oleh A.xylinum melalui enzim polimerisasi dengan adanya sumber nutrisi yang cukup menyebabkan selulosa yang terbentuk semakin banyak sehingga tekstur nata semakin tebal. Maka gula sukrosa akan menghasilkan ketebalan nata yang lebih tinggi dibandingkan glukosa dan fruktosa.
· Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan sukrosa dan terendah pada perlakuan fruktosa. Sukrosa memiliki kelebihan apabila dibandingkan gula sederhana lain, yaitu selain sebagai sumber energi, sukrosa dapat berfungsi sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang nata sehingga nata dapat terbentuk secara maksimal.
Starter yang digunakan adalah A. xylinum. Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka). Penelitian Budiarti (2008) menyatakan bahwa konsentrasi A. xylinum berpengaruh terhadap ketebalan dan rendemen selulosa nata de soya yang optimum pada konsentrasi starter A.xylinum sebesar 15%.
Penambahan sumber C dari sukrosa
menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih
tinggi dari fruktosa dan glukosa.
Ester Dwy Putri Cahyaningtias H3118026
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik.
Perbedaan penambahan konsentrasi A. xylinum dapat mempengaruhi karakteristik nata. Pengaruhnya yaitu semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai rendemen dan ketebalan yang semakin besar, memiliki tekstur cenderung akan semakin keras/kenyal, kadar serat yang lebih tinggi, menghasilkan warna yang lebih menguning, menghasilkan sifat organoleptik (aroma, tekstur, rasa, warna) yang lebih baik. Pengaruh jenis gula yang digunakan akan mempengaruhi ketebalan nata. Gula sukrosa menghasilkan nata lebih tebal dari pada glukosa dan fruktosa.
Pengaruh konsentrasi starter dan jenis gula terhadap karakteristik nata yang dihasilkan
- Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum.
- Pembuatan nata dengan media dan jenis gula berbeda akan menghasilkan tebal nata yang berbeda.Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa. Penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. Konsentrasi optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. Jika gula ditambahkan terlalu banyak A.xylinum tidak dapat memanfaatkannya secara optimum.
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata–rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka).
Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa. Sama halnya dengan rendemen, ketebalan nata juga sebanding dengan perbedaan sumber karbon.
Semakin besar konsentrasi Acetobacter xylinum maka nilai rendemen dan ketebalan nata cenderung semaki besar. Kecukupan Acetobacter xylinum dapat menghasilkan serat selulosa yang semakin tebal dan semakin berat, sehingga rendemen semakin besar. Konsentrasi A. xylinum juga mempengaruhi kualitas warna pada nata, semakin tinggi konsentrasi A. xylinum yang ditambahkan akan menghasilkan warna yang lebih menguning. Konsentrasi A. xylinum juga memiliki pengaruh terhadap kadar serat nata. Tingginya presentase serat kasar yang dihasilkan tidak lepas dari pengaruh starter yang diinokulasikan.
Acetobacter xylinum akan tumbuh pada media yang mengandung gula dan dapat mengubah gula menjadi selulosa pada nata. Kandungan karbon yang banyak dapat membentuk lapisan nata yang lebih tebal karena adanya polimerisasi oleh A. xylinum. Jenis gula glukosa dan fruktosa memiliki 6 atom C (C6H12O6), jenis sukrosa memiliki 12 atom C (C12H22O11), maka gula sukrosa akan menghasilkan ketebalan nata yan lebih tinggi dibandingkan glukosa dan fruktosa. sukrosa memiliki kelebihan apabila dibandingkan gula sederhana lain, yaitu selain sebagai sumber energi, sukrosa dapat berfungsi sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang nata sehingga nata dapat terbentuk secara maksimal. Pembuatan nata dengan media dan jenis gula yang berbeda akan menghasilkan tebal nata yang berbeda. Golongan disakarida dan glukosa pada nata de coco memiliki kondisi fisik yang paling bagus dengan menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih baik. Golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida juga dapat dijadikan sebagai sumber karbon pada pembuatan produk nata, penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa.Perbedaan konsentrasi starter Acetobacter xylinum dapat mempengaruhi karakteristik nata de taro. Semakin tinggi konsentrasi starter maka nata memiliki rendemen lebih tinggi, lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik
(tekstur dan aroma) yang lebih baik. Sedangkan penggunaan jenis gula yang berbeda juga mempengaruhi karakteristik nata de taro. Penambahan sumber C dari sukrosa
menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih
tinggi dari fruktosa dan glukosa
Pengaruh penambahan konsentrasi A.xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik.
Pengaruh jenis gula yang digunakan akan mempengaruhi ketebalan nata. Gula sukrosa menghasilkan nata lebih tebal dari pada glukosa dan fruktosa. Sukrosa memiliki kelebihan dibandingkan glukosa dan fruktosa yaitu sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang nata sehingga nata dapat terbentuk secara maksimal.
Pada nata dalam jurnal digunakan starter A. Xylinum. Konsentrasi A. xylinum berpengaruh
terhadap ketebalan dan rendemen nata de taro dari talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch), hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat gizi yang
terdapat pada talas beneng (Xanthosoma undipes K.Koch) sudah dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bagi bakteri A.xylinum untuk tumbuh dan berkembang. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada
permukaan medium. Jika aktivitas bakteri A.xylinum semakin meningkat maka nata yang dihasilkan juga semakin tebal dan berat. Semakin lama waktu fermentasi maka nata akan semakin tebal dan berat namun pada hari ke-13 tidak akan terbentuk lapisan nata baru karena aktivitas A.xylinum terhenti akibat nutrisi yang habis dalam media fermentasi dan hasil asam setat yang menganggu pertumbuhan mikroba.
ketebalan lapisan nata yang dihasilkan disebabkan karena selulosa yang juga meningkat oleh aktivitas bakteri A. xylinum yang dapat mengubah gula menjadi substansi yang menyerupai gel pada permukaan cairan fermentasi.
Pengaruh penambahan konsentrasi starter A.xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan sukrosa memiliki rendemen (41,6%) dan ketebalan (0,90 cm) yang lebih tinggi dibanding dengan glukosa dan fruktosa. Penambahan Glukosa menghasilkan kadar serat tertinggi sebesar 0,02 % (w/w) dibandingkan dengan sukrosa dan fruktosa
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum.
Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa. Penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. Konsentrasi optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. Jika gula ditambahkan terlalu banyak A.xylinum tidak dapat memanfaatkannya secara optimum
Konsentrasi A. xylinum berpengaruh terhadap ketebalan dan rendemen nata de taro dari talas beneng (Xanthosoma undipes K. Koch), semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai rendemen dan ketebalan yang semakin besar, serta menghasilkan serat selulosa semakin tebal dan semakin berat. Ketebalan nata juga berpengaruh pada tekstur kekenyalan nata. Semakin tebal nata maka teksturnya akan semaik baik dan akan semakin kenyal. Konsentrasi A. Xylinum tidak berpengaruh signifikan pada warna dan aroma nata namun berpengaruh pada rasanya yaitu warna nata de taro saat panen cenderung lebih keruh namun setelah mengalami perebusan memiliki warna nata yang lebih transparan dan memiliki aroma asam akan terbentuk pada saat panen namun akan hilang setelah nata direbus dan dan dicuci bersih berulang kali. semakin tinggi konsentrasi maka rasa nata akan semakin disukai karena rasa yang dihasilkan nata berasal dari glukosa yang diuraikan oleh bakteri A.xylinum menyebabkan rasa asam pada hasil akhir. Rasa asam nata yang timbul saat awal dipanen akan hilang setelah mendapat perlakuan pencucian dan pemasakan. Rasa pada nata dipengaruhi oleh tekstur. Nata dengan tekstur yang kenyal memiliki kemampuan dapat mudah menyerap gula untuk masuk ke dalam nata sehingga dapat mempengaruhi rasa nata pada saat dimasak menggunakan gula. Dalam hal ini konsentrasi 25% mneghasilkan hasil yang paling optimal.
Perbedaan jenis gula yang digunakan terhadap karakteristik nata yaitu gula sukrosa akan menghasilkan ketebalan nata dan menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingka glukosa dan fruktosa. Hal itu karena sukrosa memiliki kelebihan apabila dibandingkan gula sederhana lain, yaitu selain sebagai sumber energi, sukrosa dapat berfungsi sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang nata sehingga nata dapat terbentuk secara maksimal.
pengaruh konsentrasi dan jenis gula terhadap karakteristik Nata yang dihasilkan, efisiensi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Lebih tinggi dari konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan lebih banyak mengandung tinggi, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum menghasilkan 25% hasil yang optimal yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm, kekerasan 0,01mm / gs, dan nilai rata-rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka ).
Pengaruh penambahan
konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata yang
dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata
yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar
serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih
baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25%
menghasilkan hasil yang optimum. Pembuatan nata dengan jenis gula berbeda, akan menghasilkan tebal nata yang berbeda.Penambahan
sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi
dari fruktosa dan glukosa. Penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan
tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. Konsentrasi
optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. J
Pengaaruh konsentrasi starter terhadap pembuatan nata de coco yaitu semakin besar konsentrasi starter Acetobacter xylinum yang ditambahkan maka rendemen yang dihasilkan semakin banyak, serat semakin tinggi, lebih tebal, dan memiliki sifat organolepti (aroma, rasa, tekstur) lebih baik dibanding dengan konsentrasi lainnya. Hasil optimal pada penambahan konsentrasi kultur A. xylinum 25%. Dikarenakan, terdapat kecukupan N sehingga aktivitas bakteri meningkat dan mempengaruhi pemebentukkan serat, sehingga ikatan antar selulosa menjadi semakin kompak, dan lapisn yang terbentuk semakin kuat.
Sedangkan pengaruh penambahan jenis gula terhadap pembuatan nata de coco, jenis gula sukrosa memiliki rendemen yang dan ketebalan lebih tingi dari pada glukosa dan fruktosa. Namun, jeserat yang tinggi. Hasil optimal pada penambahan sukrosa. Dikarenakan selulosa akan meningkatkan oleh aktivitas bakteri A. xylinum yang dapat mengubah gula menjadi substansi yang menyerupai gel pada permukaan cairan fermentasi. Penelitian Hamad (2011) menyebutkan golongan disakarida dan glukosa pada nata de coco memiliki kondisi fisik yang paling bagus dengan menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih baik.
Pengaruh penambahan konsentrasi A xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata–rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27.
Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa. Sama halnya dengan rendemen, ketebalan nata juga sebanding dengan perbedaan sumber karbon.
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka).
Jenis gula juga mempengaruhi karakteristik nata. Hasil pengukuran ketebalan nata de taro dengan perlakuan penggunaan gula sukrosa adalah 0,90 cm, glukosa 0,51 cm dan fruktosa 0,67 cm. Glukosa pada nata de coco memiliki kondisi fisik yang paling bagus dengan menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih baik. Kadar serat dari glukosa menghasilkan nilai kadar serat yang lebih tinggi sebesar 0,02% (w/w) dibandingkan dengan jenis karbon dari sukrosa dan fruktosa. Penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. Konsentrasi optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. Jika gula ditambahkan terlalu banyak A.xylinum tidak dapat memanfaatkannya secara optimum.
Semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai rendemen dan ketebalan yang semakin besar. Kecukupan A.xylinum dapat menghasilkan serat selulosa semakin tebal dan semakin berat, sehingga rendemen semakin besar. Hasil rendemen nata selain dipengaruhi oleh kemampuan A. xylinum dalam menghasilkan selulosa juga dipengaruhi oleh variasi substrat, komposisi bahan, kondisi lingkungan. konsentrasi A.xylinum juga mempengaruhi kualitas warna pada nata, semakin tinggi konsentrasi A.xylinum ditambahkan menghasilkan warna yang lebih menguning. Keseluruhan organoleptik menunjukan penambahan konsentrasi A. xylinum 25% (paling tinggi) memiliki nilai organoleptik paling tinggi dibanding perlakuan lainnya baik dari segi tekstur, warna, aroma, dan rasa. Konsentrasi A.xylinum memiliki pengaruh terhadap kadar serat nata. Tingginya persentase serat kasar yang dihasilkan tidak lepas dari pengaruh starter yang diinokulasikan. Aktivitas bakteri A. xylinum dalam produksi selulosa bergantung pada kemampuan bakteri dalam merombak sukrosa menjadi selulosa.
Golongan monosakarida, disakarida dan polisakarida dapat dijadikan sebagai sumber karbon pada pembuatan produk nata, penggunaan fruktosa dalam proses nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa. konsentrasi optimum penggunaan gula pada nata maksimal 10%. Jika gula ditambahkan terlalu banyak A.xylinum tidak dapat memanfaatkannya secara optimum.
Sehingga kesimpulannya adalah pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa
Ekasari Murtandini H3118020
Pengaruh konsentrasi starter dan jenis gula terhadap nata yang dihasilkan adalah :
semakin besar konsentrasi A. xylinum cenderung menghasilkan nilai randemen dan serat selulosa semakin tebal, semakin banyak dan jpadat jaringan selulosa kemampuan mengikat air berkurang sehingga tekstur semakin kenyal, memiliki sifat organoleptik lebih baik.
A.xylinum akan tumbuh pada media yang mengandung gula dan dapat mengubah gula menjadi selulosa pada nata, kandungan karbon yang lebih banyak akan membentuk lapisan nata yang lebih tebal. jenis jenis gula :
-pada glukosa dan fruktosa memiliki 6 atom C menghasilkan ketebalan nata yang sedang
- pada gula sukrosa memiliki 6 atom C maka gula sukrosa menghasilkan ketebalan nata yang lebih tinggi dibandingkan glukosa dan fruktosa
-pada fruktosa dalam proses pembuatan nata menghasilkan tekstur yang kurang kenyal dibandingkan dengan sukrosa dan glukosa
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27.
Pengaruh konsentrasi starter A. xylinum yang digunakan terhadap karakteristik nata yang dihasilkan yaitu semakin besar konsentrasi A. xylinum menghasilkan nilai rendemen yang semakin besar. Kecukupan A.xylinum dapat menghasilkan serat selulosa semakin tebal dan semakin berat, sehingga rendemen semakin besar. Kemudian A.xylinum memiliki pengaruh terhadap kadar serat nata. Aktivitas bakteri A. xylinum dalam produksi selulosa bergantung pada kemampuan bakteri dalam merombak sukrosa menjadi selulosa. A.xylinum pada konsentrasi 20% merupakan konsentrasi optimum yang memanfaatkan sumber karbon dengan maksimal, sehingga serat kasar yang dihasilkan juga semakin tinggi, semakin tinggi konsentrasi A.xylinum yang ditambahkan mekin tinggi konsentrasi A. xylinum maka teksturnya semakin kenyal. Tekstur kenyal pada pada nata juga berhubungan dengan kadar air dan kerapatan jaringan selulosa atau ketebalan nata
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen yang lebih tinggi, lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik yang lebih baik.
Semakin besar konsentrasi A. xylinum maka akan menghasilkan nata dengan rendemen dan keteblan yang semakin besar. Karena hasil rendemen dipengaruhi oleh kemampuan starter dalam menghasilkan selulosa juga dipengaruhi oleh varietas substrat, komposisi bahan, dan kondisi lingkungan. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan sukrosa, dan terendah pada perlakuan fruktosa. Karena dalam teori dinyatakan bahwa sukrisa memiliki kelebihan apabila dibandingkan gula sederhana lain, yaitu selain sumber energi, sukrosa dapat befungsi sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang natasehingga nata dapat terbentuk secara maksimal.
Jenis gula glukosa dan fruktosa memiliki 6 atom C (C6H12O6), jenis sukrosa memiliki 12 atom C (C12H22O11), maka gula sukrosa akan menghasilkan ketebalan nata yan lebih tinggi dibandingka glukosa dan fruktosa.
Pengaruh penambahan konsentrasi A. xylinum mempengaruhi karakteristik nata de taro yang dihasilkan. Semakin tinggi penambahan konsentrasi A. xylinum nata yang dihasilkan cenderung memiliki rendemen lebih tinggi lebih tebal, kadar serat lebih tinggi, serta sifat organoleptik (tekstur dan aroma) yang lebih baik. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka). Penambahan sumber C dari sukrosa menghasilkan rendemen dan ketebalan yang lebih tinggi dari fruktosa dan glukosa
Konsentrasi starter A. xylinum berpengaruh terhadap nilai rendemen,ketebalan, tekstur, dan rasa. pada konsentrasi tertinggi yaitu 25% menghasilkan nata paling tebal. Semakin besar konsentrasinya, maka semakin besar nilai rendemen dan ketebalan nata. Acetobacter xylinum dapat menghasilkan serat selulosa yang semakin tebal dan berar, sehingga rendemen semakin. Hal tersebut terjadi juga karena zat gizi pada talas beneng memenuhi kebutuhan bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Aktivitas A. xylinum dapat mengubah gula menjadi substansi yang menyerupai gel pada permukaan cairan fermentasi. Semakin besar konsentrasi starter, maka tekstur semakin kenyal dan rasa menjadi manis. hal tersebut terjadi karena semakin banyak dan rapat jaringan selulosa pada nata sehingga kemampuan mengikat air berkurang dan tekstur semakin kenyal. Rasa dapat menjadi lebih manis karena gula lebih mudah menyerap masuk.
Jenis gula mempengaruhi karakteristik nata yang dihasilkan yaitu ketebalan nata. Sukrosa lebih mempengaruhi karakteristik nata dibandingkan glukosa dan fruktosa. A. xylinum akan tumbuh pada media yang mengandung gula dan dapat mengubah gula menjadi selulosa pada nata. Kandungan karbon yang banyak dapat membentuk lapisan nata yang lebih tebal karena adaya polimerisasi oleh A. xylinum. Jenis gula glukosa dan fruktosa memiliki 6 atom C, jenis sukrosa memiliki 12 atom C, maka gula sukrosa akan menghasilkan ketebalan nata yan lebih tinggi dibandingkan glukosa dan fruktosa. Selain itu, sukrosa memiliki kelebihan apabila dibandingkan gula sederhana lain, yaitu selain sebagai sumber energi, sukrosa dapat berfungsi sebagai bahan induser yang berperan dalam pembentukan enzim ekstra seluler polimerase yang bekerja menyusun benang-benang nata sehingga nata dapat terbentuk secara maksimal
Konsentrasi A. xylinum memiliki pengaruh terhadap kadar serat nata. Semakin besar konsentrasi starter maka nata yang dihasilkan akan semakin tebal dan berat. Penambahan konsentrasi A. xylinum sebesar 25% menghasilkan hasil yang optimum yaitu rendemen 30,98%, ketebalan 9,5 mm,kekerasan 0,01mm/g.s, dan rata– rata nilai organoleptik dari rentang 3,05-3,27 (cukup disuka).