teori kreativitas Gestalt

Teori belajar menurut psikologi gestalt ini sering pula disebut field theory atau insight full learning. Melihat kepada nama teori ini dan kepada aliran psikologi yang mendasarinya, yakni psikologi gestalt, jelaslah kiranya bahwa pendapat teori ini berbeda dengan pendapat-pendapat teori behavioristik. Menurut para ahli psikologi gestalt, manusia bukan hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia itu adalah individu yang merupakan kebulatan jasmani dan rohani. Sebagai induvidu, manusia bereaksi atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan dengan caranya yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita yang sama (Purwanto, 2007)

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat dengan filsafat phenomenologiyang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

1.Konsep Psikologi GestalDalam bahasa jerman, Gestaltberarti whole configurationatau bentuk yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan. Artinya gestalt adalah keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian. Perintis teori gestalt ini ialah Chr.von Ehrenfels, dengan karyanya uber gestaltqualitation(1890). Para pengikut-pengikut aliran psikologi gestalt mengemukakan konsepsi yang berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang mengikuti aliran-aliran lainnya seperti aliran asosiasi. Bagi para ahli pengikut gestalt, perkembangan itu adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan,sedangkan yang bagian–bagian adalah skunder, bagian-bagian hanya mempunyai arti sebagai bagian daripada keseluruhandalam hubungan fungsionaldengan bagian-bagian yang lainnya keseluruhan ada terlebih dahulu baru disusul oleh bagian-bagiannya.Bila kita bertemu dengan seorang teman misalnya,dari kejauhan yang kita saksikan terlebih dahulu bukanlah bajunya yang baru atau pulpennya yang bagus atau dahinya yang terluka,melainkan justru teman kita itu sebagai keseluruhan,sebagai gestalt, baru kemudian menyusul disaksikan adanya hal-hal khusus tertentu seperti bajunya yang baru,pulpennya yang bagus,dahinya yang terluka dan sebagainya.

Gerakan Gestalt dianggap pertama kali diluncurkan oleh gestalt (Gestalt Theory) ini lahir di Jerman tahun 1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max Wertheimer (1880 –1943), yang dianggap juga sebagai bapak pendiri yakni Wolfgang Kohler. Max Wertheimer tentang gerakan, yang muncul pada tahun 1912, teori belajar Wolfgang Kohler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1886-1941) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.Dari pengamatannya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis. Sumbangan, seperti Wolfgang Kohler (1887 –1967) yang meneliti tentang “insight” padasimpanse yaitu mengenai mentalitas simpanse (ape) di pulau Canary. Kurt Koffka (1886 –1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan, dan Kurt Lewin (1890–1947) yang mengembangkan suatu teori belajar (cognitif field) dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial.Penelitian–penelitian mereka menumbuhkan psikologiGestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalampengalaman.Untuk mendukung teorinya, Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse. Eksperimen tersebut dilakukan di Pulau Canary tahun 1913–1920. Berikut ini adalah eksperimen yang dilakukannya. (Fudyartanto, 2002).

Eksperimen I

Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse mengalami sebuah problem yaitu bagaimana bisa mendapatkan buah pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.

Eksperimen II

Pada eksperimen yang kedua masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini berhasil.

Eksperimen III

Dalam eksperimen yang ketiga Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar, Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight (pemahaman) dalam diri Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibwah pisang. Selanjutnya, Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.

Eksperimen IV

Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.Dari percobaan-percobaan tersebut menunjukkan Simpanse dapat memecahkan problemnya denganinsightnya, dan ia akan mentransferinsighttersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya. (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008).

Prinsip-Prinsip Dasar Gestalta.

a.Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Se tiapperceptual memiliki organisasi,yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground.Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakanfungsi bawaan manusia,bukan skill yang di pelajari.Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang di bentuk.

b.Prinsi-prinsip pengorganisasian:1)Principle of proximity: organisasi berdasarkan kedekatan elemen.2)Principle of similarity: Organisasi berdasarkan kesamaan elemen. 3)Principle of objectiveset: organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya.4)Principle of continuity: organisasi berdasarkan kesinambungan pola.5)Principle of closure/principleof good form: organisasi berdasarkan bentuk yang sempurna.6)Principle of figure and ground: organisasi berdasarkan persepsi terhadap bentuk yang lebih menonjol dan di anggap sebagai “figure”.Dimensi penting dalam persepsi figure dan obyek adalah hubungan antara bagian dan figure,bukan karakteristik dari bagian itu sendiri.meskipun aspek bagian berunah,asalkan hubungan bagian figure tetap,perspsi akan tetap. Contoh:perubahan nada tidak akan merubah perepsi tenteng melodi.7)Principle of isomorphism:organisasi berdasarkan konteks3.Hukum-Hukum Belajar Gestalta.Hukum Pragnanz,menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian,yaitu berarah kepada pragnaz itu,yaitu suatu keadaan yang seimbang,suatu gestalt yang baik.Gestalt yang baik,keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan,sederhanaan,kestabilan,simetri dan sebagainya.b.Hukum-hukum tambahan,ahli psikologi mengadakan penelitian dalam bidang penglihatan dan menemukan bahwa objek-objek penglihatan itu membentuk diri menjadi gestalt-gestalt menurut prinsip-prinsip tertentu diantaranya:hukum keterdekatan,hukum ketertutupan,hukum kesamaan. Jadi yang penting bukanlah mengulang–ulang hal yang harus di pelajari tetapi mengertinya mendapatkan insight. Insight tergantung kepada kesanggupan,pengalaman,taraf konfleksitas dari suatu situasi,latihan dan trial and error.Menurut Hilgard(1948:190-195)memberikan enam macam sifat khas belajar dengan insight:1.Insight termasuk pada kemampuan dasar2.Insight itu tergantung pengalaman masa lampau yangrelevan.3.Insight tergantung kepada pengaturan secara eksperimental.4.Insight itu didahului oleh suatu periode coba-coba.5.Insight yang telah sekali didapatkan dapat dipergunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.Psikologi gestalt dikembangkan di Eropa (jerman)pada sekitar tahun 1920-an.Psikologi gestalt memperkenalkan suatu pendekatan belajar yang berada secara mendasar dengan teori asosiasi atau teori tingkah laku (behaviorism).Teori gestalt di bangun dari data-data hasil eksperimen yang sebelumnya oleh ahli-ahli teory asosiasi belum dapat dijelaskan.Meskipun pada awalnya psikologi gestalt hanya dipusatkanpada fenomena yang dapat dirasa, tetapi pada akhirnya di fokuskan pada fenomena yang lebih umum yaitu hakikat belajar dan pemecahan masalah.Pokok pandangan gestalt adalah bahwa obyek atau pristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada 7 prinsip organisasi yang terpenting adalah :1.Hubungan bentuk dan latar ( figure and gound relationship);yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat di bagi dua yaitu figure(bentuk) dan latar belakang.2.Kedekatan (proxmit); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.3.Kesamaan (similiarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagaisuatu obyek yang saling memiliki.4.Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagai suatu figure atau bentuk tertentu.5.Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan regular dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan.6.Ketertutupan (closure); bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan gestalt, yaitu:1.Prilaku “Molar” hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan prilaku “Molecular”.prilaku “Molecular” adalah prilaku dalam bentuk konraksi otot atau keluarnya kelenjer, sedangkan prilaku “Molar” adalah prilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepak bola adalah beberapa prilaku “Molar”. Prilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan prilaku (Molecular)”.

2.Hal yang penting dalam mempelajari prilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalahlingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang Nampak dari jauhseolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakansuatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).3.Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya adanya penamaan kumpulan bintang, seperti: sagitarius, virgo, pisces, Gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampakseperti gunung atau bintang tertentu.4.Pemberian makna terhadapsuatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiranterhadap rangsangan yang diterima.Teorikognitif dari psikologi gestaltini terdiri dari beberapa teori lagi yang di dalamnya terimplikasi belajar dan pembelajaran.Teori tersebut adalah:a)Wawasan, adalah konsep psikologi gestalt. Tekanan dalam pembelajarannya yaitu: “Pembinaan Wawasan Belajar”. Tokoh-tokohnya: Max Wertheirner,Kofika Kohler.b)Tujuan yang berwawasan, dengan konsep konfiguralisme. Tekanan dalam pembelajarannya adalah “membantu siswa mengembangkan wawasan yang berkualitas tinggi”.Tokoh_tokohnya: Bode, Mheeler, Batles.c)Wawasan kognitif, yaitu relative positive (psikologi wawasan). Tekanan dalam pembelajarannya “Membantu siswa mereka-rekastruktur life spaces mereka, meletakkan wawasan baru kedalam situasi siswa”. Tokoh-tokohnya: Lewin, Dewey, Alport Bigge, Brumner, Koch.4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalta. Kelebihan Teori Gestalt1)Menghasilkan individu atau anak yang memilik i kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.2)Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.3)Peserta didik dapat aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bag i dirinya. Guru berfungsi sebagai mediator, fasilitator dan teman yang membuatsituasi menjadi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dari peserta didik.Tyler (1996:20)dalam Nurhidayati (tanpa tahun)juga menambahkan bahwa dengan upaya mengimplementasikan teori belajar kognitif dalam rancanganPembelajaran maka:a)Siswa dengan mudah dapat mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri.b)Siswa dapat dengan mudah berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.c)Siswa mempunyai kesempatan untuk mencoba gagasan baru.b. Kelemahan Teori GestaltSelain jasa dan sumbangannya yang sangat berharga bagi belajar disekolah dengan insight, namun terdapat juga celah-celah kelemahan dan kekurangannya. Seperti halnyateori belajar koneksionisme, terhadap teori gestaltpun dapat diajukan pertanyaan, bolehkah belajar dengan insight itu dianggap sebagai prototipe belajar?Dari satu segi,teori ini nampak menunjukkan beberapa kejadian belajar yang umum, sehingga lebih mudah menganalisisnya. Misalnya, kalau anak dibimbing untuk ”melihat ’ hubungan, seperti tambah dan kali, antara berat dan ”daya tarik” gaya berat, maka sering ia mampu memperlihatkan pemahaman.Sedangkan darisegi yang lain,memang sulit menemukan pemahaman dalam mempelajari hal-hal yang sangat beragam. Misalnya: anak tidak dapat mempelajari nama tanam-tanaman atau binatang-binatang dengan insight. Dia tidak dapat membaca dengan insight, demikian pula dia tidak tidak dapat berbicara dengan bahasa asing. Siswa Biologi tidak dapat mempelajari struktur dan fungsi hewan dengan pemahaman.Tegasnya, pemahaman itu tidak dapat menjadi prototipe untuk sejumlah belajar yang biasa dilakukan manusia. Barangkali, pemahaman barulah terjadi kalau kita belajar dengan ”pemecahan masalah”, walaupun dalam kenyataannya, tidak semua hal merupakan masalah, boleh jadi hanya merupakan fakta atau prinsip.

Pokok pandangan gestalt adalah bahwa obyek atau pristiwatertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Kelebihan Teori Gestaltadalah: Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.