Sublimasi

Kita semua mengalami impuls atau dorongan yang tidak diinginkan dari waktu ke waktu. Namun, bagaimana kita menghadapi perasaan-perasaan itu dapat berarti perbedaan antara perilaku yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Bertindak atas dorongan ini dengan cara yang salah bisa jadi tidak pantas, jadi mencari cara untuk menangani keinginan seperti itu sangat penting. Salah satu cara orang-orang menghadapi dorongan semacam itu melalui proses yang dikenal dalam psikologi sebagai sublimasi. Melalui sublimasi, orang dapat mengubah impuls yang tidak diinginkan menjadi sesuatu yang kurang berbahaya dan bahkan sering membantu.

Bagaimana Cara Kerja Sublimasi?

Pertimbangkan apa yang mungkin terjadi jika Anda mendapati diri Anda diliputi amarah. Memiliki ledakan emosional adalah salah satu cara untuk mengatasi perasaan seperti itu. Tetapi ekspresi emosi semacam itu bisa berbahaya dalam lebih dari satu cara. Anda mungkin menemukan diri Anda dengan hubungan yang rusak dan reputasi sebagai pemarah.

Alih-alih terbang dalam kemarahan, bagaimana jika Anda menyalurkan emosi marah itu ke dalam beberapa jenis aktivitas fisik, seperti membersihkan rumah Anda? Anda mungkin menghabiskan beberapa jam dengan marah menggosok dapur dan kamar mandi Anda. Begitu perasaan frustrasi Anda akhirnya reda, Anda akan mendapatkan hasil positif — rumah bersih yang berkilauan. Ini adalah salah satu contoh bagaimana sublimasi dapat mengubah impuls negatif menjadi perilaku yang kurang merusak dan bahkan produktif.

Sublimasi dalam Psikoanalisis

Konsep sublimasi memainkan peran penting dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Sublimasi adalah sejenis mekanisme pertahanan, pertahanan psikologis tak sadar yang mengurangi kecemasan yang mungkin diakibatkan oleh dorongan yang tidak dapat diterima atau rangsangan berbahaya.

Menurut teori psikoanalitik Freud, ada tiga komponen kepribadian. ID adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi sebagai sumber libido atau energi yang mendorong perilaku. Id adalah primitif dan dasar, terdiri dari semua dorongan dan keinginan yang sering tidak dapat diterima secara sosial jika kita hanya bertindak atas mereka kapan pun kita mau.

Ego muncul kemudian selama masa kanak-kanak dan merupakan bagian dari kepribadian yang berkuasa di id dan membuatnya sesuai dengan tuntutan realitas. Alih-alih hanya bertindak atas dorongan, ego memaksa kita untuk menangani keinginan ini dengan cara yang lebih realistis.

Akhirnya, superego adalah komponen kepribadian yang terdiri dari semua moral, aturan, standar, dan nilai-nilai yang telah kita internalisasikan dari orang tua dan budaya kita. Bagian dari kepribadian ini berusaha untuk membuat kita bertindak dengan cara yang bermoral. Ego kemudian harus memediasi antara dorongan primal dari id, standar moralistik superego, dan tuntutan realistik realitas.

Sublimasi adalah salah satu dari cara-cara ini sehingga ego mengurangi kecemasan yang dapat diciptakan oleh dorongan atau perasaan yang tidak dapat diterima. Sublimasi bekerja dengan menyalurkan impuls negatif dan tidak dapat diterima ke dalam perilaku yang positif dan dapat diterima secara sosial. Freud menganggap sublimasi sebagai tanda kedewasaan yang memungkinkan orang untuk berperilaku dengan cara yang beradab dan dapat diterima. Proses ini dapat mengarahkan orang untuk melakukan kegiatan yang lebih baik untuk kesehatan mereka atau terlibat dalam perilaku yang positif, produktif, dan kreatif.

Ide sublimasi Freud berasal ketika dia sedang membaca kisah seorang pria yang menyiksa hewan-hewan sebagai seorang anak dan kemudian melanjutkan untuk menjadi seorang ahli bedah. Freud percaya bahwa energi yang sama yang pernah mendorong kesadisan anak itu akhirnya disublimasikan menjadi tindakan yang positif dan dapat diterima secara sosial yang menguntungkan orang lain.