Yunani dan Romawi

Zaman kuno klasik, periode sejarah yang membentang dari hasil penulis Yunani kuno Homer pada abad ke-8 SM hingga kemunduran Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 MASEHI. Ini mencakup budaya Yunani-Romawi, yang memainkan peran utama dalam lingkup pengaruh Mediterania dan dalam penciptaan peradaban Barat, membentuk area yang beragam seperti hukumarsitektursenibahasapuisiretorika, politik, dan filsafat.

Periode Kuno dimulai sekitar 750 SM—mengikuti so- yang disebut Zaman Kegelapan Yunani, yang telah ditandai oleh runtuhnya sistem sosial ekonomi dan penghancuran situs-situs Mycenaean. Selama periode Archaic populasi Yunani meningkat, dan poleis (negara kota) didirikan, termasuk Athena, di mana Solon meletakkan dasar demokrasi dengan memperkenalkan reformasi untuk memerangi penurunan moral dan utang ekonomi. Periode tersebut mendorong perkembangan alfabetYunani serta pembungaan sastra di tangan penyair seperti Homer, penulis Iliad dan Odyssey, dan Archilochus, yang memperkenalkan puisi lirik dan lirik pribadi.

Gaya Geometris (c. 900-700BCE) memberi jalan kepada gaya "Orientalisasi" (c. 700–625), yang sangat dipengaruhi oleh dunia budaya Mediterania timur (terutama Mesir), menggarisbawahi interaksi antarbudaya pada periode tersebut. Baik tembikar figur hitam dan rekan figur merah berikutnya memainkan peran penting dalam pembentukan tembikar Kuno. Pemuda berdiri kouros dan kore mencontohkan perkembangan dalam patung, sedangkan ordo Doric dan Ionic tersebar luas dalam arsitektur. Peristiwa besar termasuk Olimpiade Kuno pertama pada tahun 776, dan pendirian Roma pada tahun 753.

Periode Klasik dimulai pada 510 SM dengan penggulingan tiran Athena Hippias.Cleisthenes, pendiri demokrasi Athena, memperkenalkan institusi isonomi—berdasarkan hak yang samameskipun hanya untuk warga negara laki-laki—dan pengucilan, di mana warga negara dapat diusir dari kota selama 10 tahun. Pembagian negara-kotanya menjadi 30 trittyes (tiga suku) dan 10 suku dikatakan telah menumbuhkan kesetaraan yang lebih besar. Perang Yunani-Persia (492–449) menyatukan banyak negara-kota Yunani dalam mengejar tujuan bersama dan diakhiri dengan kekalahan Kekaisaran Akhemenian dan mendorong pembentukan Liga Dekan di bawah kepemimpinan Athena. Supremasi negara kota itu menyebabkan Perang Peloponnesia (431–404), berperang melawan Sparta, yang dominasi militernya di Mediterania kontras dengan keunggulan budaya Athena. Perang berakhir dengan kemenangan Sparta dan pemaksaan Tiga Puluh Tiran (404–403) di Athena. Namun, masa Sparta sebagai polis Yunani paling kuat berumur pendek. Abad ke-4 menyaksikan kebangkitan Thebes dan, pada tahun 337, penciptaan Liga Korintusyang dipimpin oleh Filipus II dari Makedonia.

Hasil budaya dari periode Klasik telah memiliki pengaruh yang bertahan lama pada peradaban Barat. Arsitektur klasik menjadi monumental dengan struktur seperti Parthenon, dan pencapaian utama dalam patung termasuk patung Zeus Phoidias di Olympia, salah satu dari Tujuh KeajaibanDunia Kuno. Di teater Athena berkembang dengan tragedi AeschylusSophocles, dan Euripides dan komedi Aristophanes. Periode itu juga ditandai dengan dialog Plato dan retret Aristoteles. Murid yang terakhir, Alexander Agung, akan menaklukkan tanah di luar Mediterania, menempa salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah, yang membentang dari Makedonia ke India.

Kematian Alexander Agung pada 323 SM menandai dimulainya Zaman Helenistik, dibentuk oleh pertukaran antarbudaya yang intens, seperti yang dicontohkan oleh Yudaisme Helenistik, Greco-Buddhism, dan Sekolah Alexandria. Dalam seni, tampilan emosional dan detail naturalistik adalah fitur menonjol dari sekolah Pergamene, yang terkait dengan kota Pergamum di Anatolia (Asia Kecil). Nike of Samothrace dan Colossus of Rhodes yang terkenal dipahat pada periode ini. Dalam filsafat, periode tersebut menyaksikan perkembangan EpicureanismStoicism, dan Pyrrhonism, sementara teater melahirkan Komedi Baru, karena Koine Greek menjadi lingua franca dunia Helenistik. Matematikawan terkemuka Euclid dan Archimedes masing-masing berasal dari Alexandria dan Syracuse, menggarisbawahi lingkup pengaruh Yunani yang luas.

Sementara itu, Roma, yang menjadi republik setelah berakhirnya monarki pada 509 SM, mengumpulkan serangkaian kemenangan yang menegaskan statusnya sebagai kekuatan regional yang berkembang. Diantaranya adalah kekalahan Kartago dalam Perang Punisia (264-1646) dan kekalahan Makedonia dalam Perang Makedonia (abad ke-3 dan ke-2). Bangsa Romawi membangun insulae, saluran air, jembatan, pemandian umum, kuil, forum, dan pasar. Di bawah Augustus (memerintah 27 SM-14 M) republik menjadi sebuah kerajaan yang kemakmuran ekonominya didorong oleh apa yang disebut Pax Romana, yang mendorong perdagangan yang lebih besar. Roma mencapai tingkat terbesarnya di bawah kaisar Trajan (memerintah 98-17). Kontrolnya atas Mediterania dan statusnya sebagai sebuah kerajaan dikonfirmasi oleh banyaknya prestasi arsitektur yang spektakuler, termasuk saluran air di Segovia, Spanyol, dan Hadrian's Arch di Yordania. Krisis abad ke-3 menandakan kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat di tangan suku barbar Jerman, namun ini tidak akan terjadi sampai tahun 476, mengakhiri periode zaman kuno Klasik.

SENI YUNANI

Dengan kedatangan bangsa Doria di jazirah Yunani, kepulauan Aegea dan daerah pantai Asia minor, muncullah suatu kebudayaan yang kelak akan menjadi inti dari kebudayaan barat. Seperti halnya bangsa Creta, bangsa yang masyarakatnya juga bertumpu pada sektor perniagaan laut. Hal ini menyebabkan masyarakatnya tumbuh menjadi masyarakat yang individualistis. Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah perubahan yaitu keluarga-keluarga kuat menjadikan diri mereka sendiri kelas yang lebih atas (aristokrat), dan para pemimpin militer menjadi penguasa tanah. Untuk merekalah cerita-cerita kepahlawanan seperti “Lliad dan Odyssey”, karangan Homer tercipta, sebagai kristalisasi lagu-lagu kepahlawanan yang dinyanyikan bangsa Ionia secara turun temurun. Bangsa Ionia ini adalah bangsa lain yang menduduki wilayah Aegea dan Asia Minor, yang merupakan percampuran antara Mycenae dan Achae.

Bangsa Doria dan Ionia merupakan dua suku asli yang besar, yang membentuk bangsa Yunani. Suku Doria memiliki sifat kasar, kaku dan kebanggaan yang besar terhadap diri sendiri, sedangkan suku Ionia dikenal memiliki sifat lembut, sederhana dan terbuka.Dengan perbedaan yang menyolok tersebut, bangsa Yunani justru dapat menciptakan keseimbangan pada kemasyarakatan dan ketatanegaraannya.

Walaupun Yunani terkenal dengan kebudayaan yang tinggi (terutama dalam hal politik, seni dan filsafat), bangsa Yunani sedikit tertutup terhadap masuknya unsur kebudayaan dari luar. Tahap awal pembentukkan seni Yunani terjadi sekitar 1000 – 600 SM, dimana terdapat momen yang paling terkenal, yaitu pertama kalinya di dunia diselenggarakannya pesta olah raga Olympiade pada tahun 776 SM. Dalam pembentukkannya, Yunani dapat diklasifikasikan dalam empat masa, yaitu:

Masa Geometrik

Masa ini dinamakan demikian karena karya-karya yang dibuat pada masa ini, baik bangunan maupun patung, dibuat dengan perhitungan-perhitungan matematis, dengan bentukan-bentukan geometris. Contohnya adalah bentuk lingkaran, garis-garis sejajar, segitiga dan lain- lain. Pada masa ini, dewa-dewa mereka sangat diagungkan dan dihormati. Penghormatan tersebut dilakukan dengan cara membuat patung-patung dengan ukuran besar, dan ditempatkan pada suatu kuil yang besar dan megah. Dalam hal arsitekturnya, Yunani pada masa ini memiliki ciri khas, yaitu dengan adanya tiga jenis kolom yang muncul yaitu:

Kolom Doric

Kolom Doric mempunyai ciri desain bentukkan pada kepala colom (Capital) yang masih sederhana, dengan sedikit sekali hiasan, atau bahkan polos tanpa hiasan.

Kolom Ionic

Kolom Ionic mempunyai ciri pada desain bagian kepalanya mulai menampilkan hiasan dan penambahan bentuk lingkaran yang memusat pada setiap sisinya (scroll).

Kolom Corinthian

Kolom ini memiliki hiasan yang lebih banyak. Kolom Corinthian adalah pengembangan dari kolom Ionic, tetapi ditambahkan hiasan daun-daunan yang diambil dari bentuk daun Achantus (sejenis tanaman air).

 Masa Archais

Pada awal abad 700 SM terjadilah pembentukkan seni Yunani yang utuh. Pola ini bisa terbentuk karena terdorong oleh kebiasaan agama yang sama, adanya seni sastra nasional pertama dan penyelenggaraan pesta olah raga Olympiade yang pertama. Di masa ini masyarakat juga mulai mengenal sistim keuangan yang menggunakan mata uang (coin), serta berkembangnya huruf Yunani yang diambil dari alfabet Phoenicia.

Dalam hal arsitektur, terjadi perkembangan dalam karya- karya kuilnya. Kuil-kuil pada masa ini tampil monumental dengan ciri geometris yang masih kuat, baik bentukan maupun ukurannya. Contohnya adalah kuil Zeus di Olympia. Masa Archais ditandai dengan pemunculan seni patung. Hal ini muncul dari kebutuhan pemujaan, pada awalnya dewa- dewa Yunani berasal dari kekuatan alam, kemudian menjadi antropomorphis (mengambil bentuk manusia sebagai perwujudannya).Patung-patung Archais ini mirip dengan patung di Mesir. Dalam kekakuan bentuk dan sikap, tetapi ada beberapa perubahan prinsip.

Patung Archais bukanlah patung peringatan, melainkan patung Dewa yang dihidupkan. Ciri-cirinya patung Archais adalah sudah berdiri sendiri dan diberikan senyuman untuk memberikan kesan hidup (Archais Smile).

Patung-patung ini terdiri dari patung dewa laki-laki (Kouros), dan patung dewa wanita (Kourai). Selain membuat patung, mereka juga membuat relief sebagai hiasan kuil, dalam teknik relief tinggi.

Dalam masa Archais, mulai muncul gaya Doric. Beberapa bangunan yang didirikan pada masa Archais bergaya Doric adalah: Bangunan Basilica di Paestum (550 SM0, Kuil Poseidon di Paestum(460 SM), Kuil Parthenon di Acropolis, Athena (448-432 SM), dan Propylae (437 M), pintu gerbang dari Kuil Parthenon. Kuil-kuil ini adalah bagian dari satu komplek keagamaan yang dibangun oleh Pericles, seorang pemimpin besar Athena. Dirancang olek arsitek Ichtinus dan Callicrates. Seluruhnya terbuat dari marmer.

Masa Classic

Gaya yang berkembang dalam masa Classic Yunani adalah gaya Ionia. Gaya ini berasal dari Asia Minor. Beberapa bangunan yang didirikan dengan gaya Ionia adalah: Kuil Nike dari Acropolis, sebuah bangunan Ionic pertama yang masih bercampur dengan gaya Doric, serta bangunan Kuil Erechteum dari Acropolis (421-405 SM). Kuil ini kemungkinan dibuat oleh Mnesicles juga. Bangunan ini memiliki teras di sebelah kanan-kiri ruang utamanya, selain itu, tiang-tiangnya dibuat menyerupai patung wanita yang sebenarnya.

Masa Classic ini juga ditandai dengan pemunculan beberapa pemikir, seperti Socrates, Plato dan Aristoteles yang banyak berperan dalam pembentukan seni Classic Yunani.

Jika Seni Archaic lebih banyak didominasi oleh bangunan arsitektur, maka seni Classic Yunani ditandai oleh seni patung. Pemunculan para filsuf pada masa ini banyak mempengaruhi perkembangan seni patung tersebut. Filsuf- filsuf yang berpengaruh tersebut diantaranya adalah:

A. Socrates (470-399 SM)

Tidak banyak meninggalkan tulisan-tulisan. Semua pemikirannya diteruskan oleh muridnya yang bernama Plato

B. Plato (427-347)

Pemikiran Plato mengenai seni memiliki tiga faktor utama, yaitu:
1. Hal Techne (teknik)
Prinsip utama dalam membuat karya seni adalah ukuran dan proporsi. Seorang seniman yang baik harus mengetahui betul ukuran yang dan proporsi yang betul, dalam hal ini karya seni patung.

2. Mimesis (tiruan)

Benda atau bentuk yang paling ideal hanya bisa diciptakan oleh dewa yang tertinggi (Demiuorgus), manusia hanya mampu membuat tiruannya belaka.
3. Konsep Kerasukan

Bahwa jika seorang seniman mampu menciptakan tiruan yang sangat baik, pasti seniman tersebut kerasukan semangat para dewa. Ilham inilah yang membuatnya bisa menciptakan karya seni yang sangat baik.

C. Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles adalah murid dari Plato yang banyak mengembangkan pikiran gurunya. Tetapi tidak semua pemikiran Plato ia setujui, terutama yang berhubungan dengan konsep seni. Dalam membahas masalah “Techne”, ia mengatakan bahwa seni adalah suatu kemampuan untuk mencipta. Tujuanlah yang akan menentukan cara yang paling baik untuk mencipta seni dengan standar tertinggi dari keterampilan. Unsur-unsur yang menentukan standar ini adalah simetri, harmoni dan keteraturan. Mengenai konsep “Mimesis”, menurut Plato bisa meracuni pikiran manusia dalam mencari kebenaran, sedangkan menurut Aristoteles, seni pada umumnya adalah baik, karena bisa memperbaiki kekurangan yang ada di alam, serta dapat memperbaiki moral.

Konsep “Techne dan Mimesis” inilah yang mendorong seni Yunani kepada bentuk yang paling ideal. Hal ini tampak pada penciptaan karya-karya patung dan lainnya. Perkembangan dalam seni patung Classic terjadi dengan munculnya konsep Contrapposto, dimana patung tidak lagi berdiri tegak seperti patung Kouros atau Kourai. Posisi patung menjadi lebih santai dengan berdiri pada satu kaki, lutut kanan lebih rendah dari lutut kiri, sikap pinggul agak miring, dan posisi tulanpunggung tidak lagi tegak lurus, melainkan berbentuk “S” terbalik.

Masa Hellenis

Masa ini merupakan masa pasca Pericles, dalam berkembangnya merupakan kerajaan yang dipimpin oleh Alexander Agung. Sistem pemerintahan “City State” mulai ditinggalkan, dan sistem tatanegara berganti menjadi kerajaan. Alexander Agung terkenal sebagai raja yang rajin berperang, sehingga kurang memperhatikan perkembangan karya seni di Yunani. Memang ada beberapa bidang seni seperti arsitektur dengan gaya Ionicnya mencapai puncak keemasannya. Beberapa karya arsitektur pada masa Hellenis ini adalah Kuil Apollo dan Puri Basilika di Delos. Pada karya seni patung, patung dibuat dengan wujud tiga dimensional yang lebih utuh. Pada masa Hellenis, telah mulai dikenal konsep perencanaan kota (city planning) yang didasari atas perhitungan matematik, sistem grid dan garis-garis geometris.

KEBUDAYAAN ROMAWI

 Awal Peradaban

Wilayah kawasan Romawi adalah daerah berupa semenanjung (sekarang Semenanjung Italia), yang menjorok ke Laut Mediterania. Di bagian barat, merupakan daerah pantai yang berkontur landai dengan sungai Tiber bermuara di sisinya, menjadikan daerah ini sebagai daerah pelabuhan dan pelayaran yang cukup baik dan strategis. Berbeda halnya dengan sisi bagian timur yang tanahnya sedikit berpegunungan dengan kontur pantai yang curam.

Nenek moyang bangsa Romawi adalah bangsa Latium, disamping ada juga percampuran dengan bangsa Atrusia dan bangsa Yunani yang umumnya pendatang dari sisi utara pegunungan Alpen. Kedatangan bangsa-bangsa lain ke Romawi mempengaruhi perkembangan kebudayaan Romawi. Hal ini disebabkan karena para bangsa pendatang ini membawa serta kebudayaan asal daerah dan bangsa mereka. Bangsa Yunani membawa budaya gaya Doric dan Ionic. Bangsa dari kawasan Mesopotamia, membawa bentukan- bentukan model struktur busur lengkung dan kubah.

Seni Etrusca

Bangsa lain yang turut mempengaruhi perkembangan awal kebudayaan Romawi adalah bangsa Etruskan, yaitu bangsa pelaut dari Mesopotamia. Bangsa Etruskan banyak memberikan sumbangan kepada Romawi bagaimana membuat batu cetak dan struktur Arch (busur atau lengkungan) untuk bangunan-bangunan dengan bentangan lebar.

Bangsa atau kebudayaan Etruskan sangat sering dibicarakan, karena walaupun berusia pendek dan tidak terlalu menonjol, bangsa ini selain megajarkan hal-hal praktis dan arsitektur, juga mewarisi kecurigaan mereka terhadap sistem kerajaan. Beberapa peninggalan seni Etrusca masih dapat dilihat hingga kini, diantaranya adalah:

Kuburan dan Perangkatnya

Karena konsep kematian yang mereka anut tidak begitu jelas, maka tidak terlalu banyak yang dapat diketahui dari kuburan ini, kecuali segi fisiknya saja. Perkembangan seni Etrusca kira-kira bersamaan dengan seni Archais Yunani. Pengaruh dari seni Archais banyak mempengaruhi seni Etrusca. Dari peninggalan kubur yang paling penting adalah ditemukannya peti jenazah (sarcophagus) yang terbuat dari keramik (terracotta). Peti jenazah ini dihiasi patung dua orang suami istri dalam sikap yang santai. Kedua patung tersebut jelas mirip dengan seni Archais, karena memiliki senyum.

Bangunan Kuil

Bangunan Kuil di Etrusca mirip dengan kuil Yunani, namun terbuat dari kayu, dan yang tersisa hanya tinggal pondasinya saja. Berbeda dengan kuil Yunani, kuil Etrusca (Cella Etrusca), selalu terbagi menjadi tiga bagian sesuai dengan jumlah Dewa utama mereka. Cella yang lebar ini menyebabkan kuil Etrusca tidak seramping kuil Yunani. Hiasannya kebanyakan terbuat dari lempengan terracotta yang ditempel ke tiang atau patung terracotta.

Bangsa Etrusca selain mahir membuat patung terracotta, mahir pula membuat patung-patung perunggu yang baik. Peninggalan lain yang juga mendapat pengaruh dari kebudayaan pendatang adalah Gerbang kota yang bernama Porta Agusta di Perugia, yang dibangun pada tahun 200 SM.

Gerbang kota ini merupakan bangunan Romawi pertama yang menggunakan lengkungan murni, yang diintegrasikan dalam suatu bangunan yang monumental.

Seni Romawi

Sejarah Romawi adalah sejarah bangsa yang agraris militer, yang secara bertahap meluaskan pengaruh politiknya dari Italia tengah sampai ke seluruh jazirah, dan akhirnya keseluruh wilayah Mediterania, Eropa Barat dan utara, bahkan sampai ke Asia. Bentuk pemerintahan mereka pada awalnya adalah berbentuk kerajaan (750-509 SM), seluruh wilayah kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa mutlak. Kemudian bentuk pemerintahannya berganti menjadi Republik (509-287 SM). Namun ketidakmampuan untuk membangun perekonomian agraris yang tangguh akhirnya memberi peluang kepada Julius Caesar untuk membentuk kekuasaan tunggal dalam bentuk kekaisaran.

Tidak banyak yang tersisa dari masa Republik, mengingat para kaisar dari masa kekaisaran Roma membangun kembali ibukota Roma untuk mendapatkan simpati dan kepopuleran dari masyarakat. Beberapa peninggalan yang ada hanyalah sebuah kuil kecil bergaya Yunani bernama Maison Carree di Nimes, dan Kuil Vesta yang berdenah bulat.

Bangsa Romawi tidak dapat disamakan dengan bangsa Yunani dalam bidang kreatif. Bangsa Romawi lebih suka mendatangkan seniman-seniman dari Yunani untuk membuat tiruan bangunan-bangunan yang ada di Yunani. Dalam arsitekturnya, bangsa Romawi lebih condong kepada yang bentuk-bentuk yang bersifat praktis. Oleh karena itu, mereka banyak membangun gedung umum, seperti pemandian, teater, kemudian juga istana, gerbang peringatan kemenangan dan tugu kemenangan.

Dalam bidang patung, yang bisa dilihat adalah patung Arrigatore, sebuah patung pejabat Romawi yang bernama Aulus Mettelus. Dari peninggalan tulisan, dapat diketahui bahwa orang Romawi mempunyai kebiasaan untuk memberi penghargaan kepada orang yang dianggap penting dengan cara membuat patung diri mereka., yang kemudian diletakkan di tempat umum. Patung Aulus Mettelus merupakan patung tertua dari jenis patung Arrigatore ini. Sikapnya dingin tanpa emosi, namun memakai atribut pakaian kebesaran yang lengkap. Sikap ini menunjukkan bahwa pematungnya hanya sekedar membuat suatu dokumentasi saja. Kebiasaan semacam ini mungkin timbul dari tradisi membuat cetakan muka dari orang yang sudah meninggal sebagai sarana pemujaan nenek moyang.

Di Zaman Kekaisaran, Pembangunan kota Roma dimulai Oleh kaisar Agustus. Bentuk-bentuk yang berasal dari seni Yunani diadopsi ke dalam karya seni patung maupun arsitekturnya. Beberapa karya arsitekturnya adalah:

Ara Pacis

Suatu kuil yang memiliki kolom bergaya Yunani, yang merupakan bangunan peringatan masa damai pemerintahan Agustus. Bangunan ini dihiasi relief yang mampu menggambarkan rasa wibawa dan kepekaan sejarah bangsa Romawi

Gerbang Lengkung Kaisar Titus (81M)

Merupakan bangunan peringatan kemenangan Kaisar Titus atas orang Yahudi. Gerbang ini akan menjadi acuan bagi kemenangan bangsa Romawi di Wilayah Eropa lainnya yang dikuasai Romawi.

Tugu Trayan (106-113 M)

Merupakan tugu peringatan dengan episode dalam reliefnya bergerak ke atas secara melingkar dengan gaya yang naratif.

Colosseum (75 M)

Sebuah amphiteater besar yang dapat menampung 50.000 orang. Bangunan ini dibangun oleh Kaisar Titus dan ayahnya. Berbentuk lingkaran penuh dan merupakan cikal bakal stadion zaman sekarang. Konstruksinya terdiri dari konstruksi lengkung dan kubah, dengan bahan batu bata dan beton. Bangunan ini memiliki permainan garis vertikal melawan horisontal yang sangat indah dan menakjubkan.

Pantheon (118-125 M)

Didirikan pada masa pemerintahan Hadrian. Merupakan bangunan pertemuan pertama yang berbentuk lingkaran, dengan diameter 140 feet (42m). Keistimewaan bangunan ini adalah bahwa ia merupakan bangunan bulat dalam skala besar pertama yang bisa diberi atap. Hal ini dimungkinkan karena penemuan orang Romawi dalam bidang bahan bangunan sudah maju. Mereka telah menemukan bahan semen yang dapat mengikat batu bata, dan dapat membuat bangunan dengan bentuk-bentuk yang lebih fleksibel.