Teori Manajemen Ilmiah

Teori Manajemen Ilmiah

Teori tentang manajemen mulai muncul dan berkembang sejak terjadinya revolusi industri di Inggris pada tahun 1750 - 1850. Revolusi industri adalah terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi, yang memiliki dampak yang besar terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia di hampir seluruh aspek kehidupan.

gambar : en.wikipedia.org
Perubahan tersebut juga dirasakan dalam bidang ilmu manajemen. Kemajuan dan perubahan di bidang industri tersebut, memunculkan kebutuhan akan suatu pendekatan manajemen yang sistematis dan efisien, untuk bisa digunakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan hasil produksi dari suatu perusahaan. Usaha-usaha pengembangan ilmu manajemen kemudian dilakukan oleh para ahli di bidang manajemen.

Berawal dari teori manajemen klasik yang dikemukakan oleh Robert Owen dan Charles Babbage, kemudian berkembang dan memunculkan teori lain tentang manajemen, yang disebut dengan teori manajemen ilmiah (scientific management). Teori manajemen ilmiah ini dikemukakan oleh (yang kemudian dikenal sebagai tokoh aliran manajemen ilmiah) :

1. Frederick Winslow Taylor (1856 - 1915).
Manajemen ilmiah mula-mula dikembangakan oleh Frederick W. Taylor sekitar tahun 1900 an. Karena karyanya tersebut Frederick W. Taylor disebut sebagai "Bapak Manajemen Ilmiah". Dalam buku-buku literature, manajemen ilmiah sering diartikan berbeda-beda, diantaranya adalah :
  1. Manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi.
  2. Manajemen ilmiah merupakan seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik - "a bag of tricks"- untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.

Frederick W. Taylor menuangkan gagasan-gagasannya tersebut dalam tiga makalah, yaitu Shop Management, The Principle of Scientific Management, dan Testimony Before the Special House Committee, yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul "Scientific Management". 

Frederick W. Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, yaitu :
  1. Pengembangan metoda-metoda ilmiah dalam manajemen.
  2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
  3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
  4. Kerja sama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.

Sedangkan mekanisme dan teknik-teknik yang dikembangkan Frederick W. Taylor untuk melaksanakan prinsip-prinsip dasar tersebut, antara lain :
  • Studi gerak dan waktu.
  • Pengawasan fungsional (functional foremanship).
  • Sistem upah per potong diferensial.
  • Prinsip pengecualian.
  • Kartu instruksi.
  • Pembelian dengan spesifikasi.
  • Standarisasi pekerjaan, peralatan, serta tenaga kerja.

Manfaat yang didapat dari pengembangan teknik-teknik manajemen ilmiah ini tampak pada perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi, otomatisasi, dan sebagainya dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.

2. Frank Gilbreth dan Lillian Gilbreth (1868 - 1924 dan 1878 - 1972).
Kontributor utama kedua dalam aliran manajemen ilmiah adalah pasangan suami isteri Frank Bunker Gilbreth dan Lillian Gilbreth
  • Frank Gilbreth, adalah seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami Frederick W. Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah efisiensi, terutama untuk menemukan cara terbaik pengerjaan suatu tugas, sedangkan ;
  • Lillian Gilbreth, lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan, dan latihan personalia. Dia mengemukakan gagasannya dalam bukunya yang berjudul "The Psychology of Management". Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir, yaitu membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahkluk hidup.
3. Henry L. Gantt (1861 - 1919).
Henry L. Gantt mengemukakan gagasan-gagasannya, yaitu :
  1. Kerjasama yag saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen.
  2. Seleksi ilmiah tenaga kerja.
  3. Sistem insentif (bonus) untuk memacu produktivitas.
  4. Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci.

Konstribusinya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik, yang dikenal sebagai "bagan Gantt (Gantt Chart)", untuk perencanaan, koordinasi, dan pengawasan produksi. Teknik-teknik scheduling modern dikembangkan atas dasar metoda scheduling produksi dari Gantt.

4. Harrington Emerson (1853 - 1931).
Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat oleh Harrington Emerson sebagai penyakit sistem industri. Oleh sebab itu Harrington Emerson mengemukakan 12 prinsip efisiensi yang sangat terkenal, yaitu :
  1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
  2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
  3. Adanya staf yang cakap.
  4. Disiplin.
  5. Balas jasa yang adil.
  6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan ajeg (sistem informasi dan akuntansi)
  7. Pemberian perintah (perencanaan dan pengurutan kerja).
  8. Adanya standar-standar dan skedul-skedul (metoda dan waktu setiap kegiatan).
  9. Kondisi yang distandarisasi.
  10. Operasi yang distandarisasi.
  11. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
  12. Balas jasa efisiensi (rencana insentif).
Manajemen ilmiah memberikan sumbangan yang besar terhadap dunia usaha dalam suatu perusahaan, diantaranya adalah :
  • Metoda-metoda manajemen ilmiah telah banyak diterapkan pada bermacam-macam kegiatan perusahaani, terutama dalam peningkatan produktivitas. 
  • Teknik-teknik efisiensi manajemen ilmiah, seperti studi gerak dan waktu, telah menyebabkan kegiatan dapat dilaksanakan lebih efisien. 
  • Gagasan seleksi dan pengembangan ilmiah para karyawan menimbulkan kesadaran akan pentingnya kemampuan dan latihan untuk meningkatkan efektivitas karyawan.
  • Manajemen ilmiah yang telah mengemukakan pentingnya disain kerja, mendorong manajer untuk mencari "cara terbaik" pelaksanaan tugas. 
  • Manajemen ilmiah tidak hanya mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah perusahaan tetapi juga meletakkan dasar profesiobalisasi manajemen.
Namun begitu, sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dipakai sebagai pendekatan dalam sistem manajemen perusahaan yang terus berkembang, manajemen ilmiah diakui masih mempunyai keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
  • Kenaikan produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan.
  • Perilaku manusia yang bermacam-macam menjadi hambatan.
  • Pendekatan "rasional" hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial karyawan.
  • Manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja. 

Demikian penjelasan berkaitan dengan aliran manajemen ilmiah. Tulisan tersebut bersumber dari buku Manajemen, karangan T. Hani Handoko.

Sumber : https://legalstudies71.blogspot.com/2015/10/aliran-manajemen-ilmiah.html